Pesan moral dari artikel ini adalah,
Jangan meremehkan kemampuan DSLR tua!
Wekekekekek
Nikon D80 adalah DSLR besutan Nikon yang dirilis pada bulan Agustus tahun 2006. Ini DSLR-ku yang usianya sudah 9 tahun.
Sedangkan Nikon D5500 dirilis pada bulan Januari 2015. Sekitar 8 tahun semenjak Nikon D80 dirilis. Pada bulan Agustus 2016 silam, aku berkesempatan menjajal DSLR ini selama seminggu.
Rentang waktu 8 tahun jelas bukan waktu yang terbilang singkat bagi perkembangan teknologi kamera digital. Tentu saja Nikon D5500 memiliki banyak fitur yang mengungguli fitur yang diusung Nikon D80. Istilah kasarnya, Nikon D5500 lebih canggih dari Nikon D80 lah, hehehe.
Tapi, kita juga tidak boleh lupa! Baik itu Nikon D80 maupun Nikon D5500 keduanya merupakan DSLR yang fungsi utamanya adalah sebagai alat rekam dengan hasilnya berupa foto.
Nah, didasari oleh fungsi utama sebagai alat perekam gambar itulah aku penasaran dan menguji kemampuan DSLR kakak-adik ini di puncak Bukit Paralayang dekat Pantai Parangtritis yang masuk wilayah Desa Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta.
Eh, sebetulnya aku ke sini karena salah menafsirkan menafsirkan maksudnya Dimas . Selepas berkunjung dari Gumuk Pasir Parangkusumo, Dimas ingin ke landasan pacu. Tapi, aku malah mengarahkan ke Bukit Paralayang dan bukan landasan pacu pesawat di dekat Pantai Depok, gyahahaha.
Yang Mana Dipotret Pakai DSLR yang Mana?
Jadi, demi mempersingkat waktu. Di bawah ini adalah tebak-tebak buah manggis.
Mana yang hasil foto dari Nikon D80 dan mana yang hasil foto dari Nikon D5500 ya?
Supaya acara tebak-tebakan lebih meriah (lha memang pesta? ), di bawah ini adalah penampakan file foto asli sebelum masuk ke aplikasi olah digital.
Lha gimana? Foto aslinya gelap dan kusam toh?
Lha terus kok bisa foto-foto yang gelap dan kusam itu jadi cerah seperti dua foto A dan B di atas?
Lha terus apa sebetulnya para fotografer itu adalah "tukang tipu"? #lho
Eh, jadi yang mana yang hasil foto dari Nikon D80 dan mana yang hasil foto dari Nikon D5500?
Software yang Dipakai untuk Edit Foto RAW di Atas
Aku senang memotret dengan format RAW. Khususnya untuk foto-foto yang punya prospek cerah bilamana masuk dapur olah digital, hehehe . Termasuk dua foto gelap di atas itu. Keduanya aku potret dengan format RAW.
Aku percaya, foto dengan format RAW yang ukuran file-nya lebih besar sehingga bikin hard disk cepat penuh itu #duh menyimpan lebih banyak data digital yang bisa “diutak-atik” via software olah foto RAW semacam Adobe Photoshop atau Adobe Lightroom.
SILAKAN DIBACA
Selain Photoshop dan Lightroom yang semestinya berbayar tapi sekarang umumnya dibajak #eh, ada juga software open source alias gratisan yang bisa digunakan untuk mengolah file foto RAW macamnya Photivo.
Photivo ini tersedia untuk Windows, Linux, dan Mac. Ukuran file instalasinya lumayan kecil. Bisa diintegrasikan dengan software olah foto GIMP. Bisa juga difungsikan secara portabel, yaitu cukup disalin ke USB Flashdisk dan bisa digunakan tanpa perlu instalasi.
Dengan software olah foto RAW open source ini aku ingin menunjukkan bahwa untuk mengolah foto RAW sehingga menghasilkan foto yang ciamik itu nggak harus memakai software berbayar. Ini menjadi semacam solusi untuk orang-orang yang sungkan memakai software bajakan.
Ya, memang sih software open source itu umumnya nggak secanggih software berbayar. Aku juga mencermati kalau Photivo ini nggak memiliki fitur-fitur yang diusung oleh Photoshop atau Lightroom macamnya spot removal tool atau gradient tool.
Tapi, untuk fitur-fitur olah foto RAW secara umum seperti pengaturan white balance, brightness, saturation, dan sebagainya itu sudah diusung oleh Photivo kok. Untuk memperoleh hasil olah foto yang setara Photoshop atau Lightroom, nggak haram kok memadukan penggunaan Photivo ini dengan GIMP.
Percaya atau nggak, 2 foto di awal artikel ini itu cuma aku ubah parameter brightness dan saturation-nya thok lho!
Jadi kesimpulannya, kalau memang foto RAW-nya berprospek untuk diolah menjadi bagus, entah itu dipotret dengan Nikon D80 ataukah Nikon D5500, dengan software olah foto RAW gratisan semacam Photivo ini hal tersebut tetap dapat diwujudkan.
Jawaban yang Mana Dipotret Pakai DSLR yang Mana
Semisal Pembaca masih penasaran, foto A di atas dipotret dengan Nikon D5500 dan foto B dipotret dengan Nikon D80, hehehe.
Foto yang dipotret menggunakan Nikon D5500 itu memiliki setting pemotretan f/11, 71 detik, dan ISO 100. Lensa yang digunakan adalah AF-P 18-55 DX VR.
Sedangkan foto yang dipotret menggunakan Nikon D80 itu memiliki setting pemotretan f/8, 20 detik, dan ISO 200. Lensa yang digunakan adalah AF-S 18-135 DX.
Perbedaan durasi eksposur (71 detik vs 20 detik) selain karena bukaan diafragma dan sensitivitas ISO juga disebabkan oleh waktu pemotretan. Foto yang dipotret menggunakan Nikon D5500 itu diabadikan pada pukul 18.13 WIB saat cahaya matahari sudah menghilang. Sedangkan foto yang dipotret menggunakan Nikon D80 itu diabadikan pada pukul 18.06 WIB saat cahaya matahari masih sedikit tersisa.
Kesimpulan akhir dari artikel ini adalah, kualitas foto DLSR tua dan DSLR baru dalam kondisi tertentu ternyata tidak begitu mencolok.
Sekian dan tunggu eksperimen berikutnya masih seputar DSLR Nikon!
NIMBRUNG DI SINI
AF-S itu kejam harganya
hihihiii
ukuran besar sih... tapi apa ya aku bukan photografer sih... ya mana aja oklah... sik penting
ono photone....