Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Setelah dikecewakan oleh kondisi pemotretan di Umbul Ponggok yang nggak sesuai ekspektasi, kali ini giliran Umbul (Ke)Manten yang bikin aku mumet tujuh keliling.
Eh, dan kenapa kondisi pemotretaan yang nggak sesuai harapan itu selalu berupa umbul (mata air) yang letaknya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ya?
Ah, kebetulan thok ini sih...
SILAKAN DIBACA
Eh, soal nama umbul ini umumnya sih sering disebut sebagai Umbul Manten thok. Tapi, di lokasi objek wisata nama resminya adalah Umbul Kemanten. Untuk mengakomodasi keduanya, jadilah di artikel ini aku tulis namanya sebagai Umbul (Ke)Manten, hehehe.
Seperti yang bisa ditebak, penamaan Umbul (Ke)Manten ada sangkut-pautnya dengan manten alias pengantin dalam bahasa Jawa. Menurut cerita warga sekitar, dahulu kala ada sepasang pengantin baru yang "mendadak lenyap" di lokasi Umbul (Ke)Manten ini. Katanya sih karena mereka melanggar pantangan nggak boleh keluar rumah sebelum lewat 40 hari menikah. #mistis
Rute ke Umbul (Ke)Manten
Pada Senin (1/8/2016) silam aku ke Umbul (Ke)Manten bukan buat nyari pengantin yang lenyap, melainkan dalam rangka mengantar kawan sekolahku Dimas. Dia penasaran dengan objek wisata yang katanya populer di media sosial itu.
Secara administratif, Umbul (Ke)Manten terletak di Desa Wunut, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Berdasarkan Google Maps , Umbul (Ke)Manten kurang-lebih berjarak sekitar 50 km dari Kota Jogja. #jauh
Dari Yogyakarta ada banyak rute yang bisa dipakai untuk ke Umbul (Ke)Manten. Tapi buatku, panduan rute yang termudah adalah sebagai berikut.
- Dari Kota Jogja ikuti Jalan Raya Yogyakarta ‒ Solo sejauh 45 km sampai tiba di Kota Delanggu.
- Dari Kota Delanggu ikuti terus Jalan Raya Solo sampai bertemu dengan Kantor Samsat Delanggu di sisi kiri jalan.
- Sekitar 200 meter dari Kantor Samsat Delanggu nanti di sisi kiri jalan ada pertigaan dengan gapura ke Jalan Tegalgondo ‒ Janti. Pertigaan ini pokoknya jauh sebelum Pasar Tegalgondo.
- Ikuti Jalan Tegalgondo ‒ Janti sekitar 6 km nanti bakal ketemu dengan Umbul (Ke)Manten di sisi kanan jalan.
Tiket masuk ke Umbul (Ke)Manten sebesar Rp3.500 per orang. Sedangkan tiket parkir sepeda motor sebesar Rp2.000. Murah kan?
Foto Umbul (Ke)Manten yang Penuh Shadow
Oke, balik lagi kita ke topik utama!
Penyebab aku mumet motret di Umbul (Ke)Manten adalah karena hampir semua foto yang aku jepret di sana underexposed karena shadow!
Shadow yang aku maksud jelas bukan dhemit yang hobi menculik pasangan pengantin baru lho! Akan tetapi bayangan yang mendominasi foto seperti yang bisa Pembaca amati pada tiga foto di bawah ini.
Foto-foto underexposed karena shadow di Umbul (Ke)Manten itu.
Penyebab munculnya bayangan pada foto di atas itu lagi-lagi bukan karena faktor supranatural, melainkan karena kondisi alami Umbul (Ke)Manten yang dinaungi oleh pohon-pohon tinggi nan rindang. Terlebih pada siang hari saat teriknya sinar matahari menciptakan bayangan yang sangat kuat.
Dari sisi manusia, kondisi Umbul (Ke)Manten yang dinaungi pohon-pohon rindang ini jelas bikin iup alias sejuk. Tapi dari sisi fotografi kondisi pemotretan yang seperti ini jelas adalah bencana karena hampir setiap kamera akan menghasilkan foto yang underexposed.
Pohon-pohon besar yang disinyalir sebagai tempat tinggal sang dhemit penculik pengantin. #eh
Perlu diketahui, sensor digital kamera itu nggak secanggih mata manusia. Rentang gradasi gelap ‒ terang (dynamic range) yang dimiliki sensor terbatas. Alhasil, apa yang mata kita lihat sebagai daerah berbayang yang agak gelap rawan diterjemahkan sensor sebagai daerah yang sangat gelap.
Untuk mengatasinya, beberapa produk kamera menyematkan fitur sunting foto untuk mendongkrak dynamic range. Sayangnya, fitur tersebut kurang mampu untuk mengatasi kondisi pemotretan berbayang ekstrem seperti di Umbul (Ke)Manten ini. Sehingga dengan demikian, solusi untuk memperbaiki foto yang underexposed tersebut adalah dengan melakukan olah digital menggunakan aplikasi pihak ketiga (third party).
Menerangkan Foto ber-Shadow di Adobe Lightroom
Di artikel ini aku mau mencontohkan bagaimana cara meng-edit foto yang over shadow menggunakan Adobe Lightroom versi 5. Sekarang ini sudah tersedia Adobe Lightroom CC yang bisa ditebus seharga $99 atau berlangganan per bulan seharga $9. Kalau ingin aplikasi gratisan yang legal bisa mencoba RawTherapee.
Adobe Lightroom, aplikasi pengolah foto kesayangan kita semua.
Secara umum cara untuk memperbaiki foto yang underexposed karena shadow hampir serupa, yaitu dengan mengubah nilai di slider shadow.
Obat foto yang underexposed adalah slider shadow.
Biasanya, untuk foto yang underexposed aku mencermati terlebih dahulu apakah wilayah terang pada foto sudah benar-benar terekspos dengan baik. Kalau belum maka aku ubah nilai di slider exposure terlebih dahulu sebelum bermain-main dengan slider shadow.
Nilai di slider shadow diubah ke angka positif menyesuaikan mood foto yang sedang di-edit. Nggak ada patokan baku. Semua tergantung perasaan #halah. Kalau mau gampangnya sih nilai di slider shadow di-pentokin ke angka +100. Setelah itu baru sedikit-sedikit dikurangi sesuai perasaan. #halah
Foto asli format RAW.
Ketika nilai slider shadow menjadi +100. Terlihat tidak alami.
Nilai slider shadow sedikit saja asal detil di wilayah underexposed terlihat.
Naikkan nilai slider exposure untuk membantu menerangkan foto. Foto sudah tidak underexposed.
Perbedaan sebelum dan sesudah. Perhatikan detil orang dan warna tetap terjaga.
Setelah foto dirasa cukup terang dan wilayah shadow sudah "terbuka", barulah mulai mengatur nilai-nilai slider yang lain macamnya contrast, vibrance, saturation, dll. Hasil akhir tiga foto Umbul (Ke)Manten di awal artikel ini setelah dipermak pakai Adobe Lightroom adalah sebagai berikut.
Hasil foto setelah melalui serangkaian operasi di Adobe Lightroom.
Lumayan toh hasilnya?
Memperbaiki Foto dengan Curves di Lightroom
Selain dengan slider shadow, untuk memperbaiki foto yang underexposed juga bisa dengan mengatur nilai curves.
Sesuai namanya curves adalah kurva yang merepresentasikan daerah yang paling terang dengan yang paling gelap pada suatu foto. Rentang daerah yang paling terang dengan yang paling gelap disebut juga sebagai tonal range. Dengan mengatur nilai curves kita bisa mendapatkan koreksi shadow yang lebih fleksibel.
Aku sendiri jarang banget menggunakan curves. Semisal koreksi pakai slider shadow kurang memuaskan barulah aku larinya ke curves. Tapi ya, sekali lagi itu jarang banget terjadi.
Fitur curves yang lebih fleksibel untuk menerangkan foto.
Sama seperti slider shadow (dan slider-slider lain ), penggunaan curves juga masih seputar menggesar-geser slider highlights, lights, darks, dan shadows. Yang bikin pengoperasiannya agak beda, garis kurva dan tiga segitiga kecil di bawahnya juga bisa kita gesar-geser. Semua hasil gesar-geser itu ujung-ujungnya sih akan mengubah nilai dari slider highlights, lights, darks, dan shadows.
Untuk memahami apa itu highlights, lights, darks, dan shadows ada baiknya kita cermati dulu foto di bawah ini.
Highlight, midtone, dan shadow selalu ada pada setiap foto.
Nah, dengan mengubah foto menjadi hitam-putih (grayscale) kita bisa lebih jelas memilah-milah bagian-bagian gelap-terang pada foto.
- Yang disebut sebagai highlight adalah wilayah pada foto yang terang.
- Yang disebut sebagai shadow adalah wilayah pada foto yang gelap.
- Yang disebut sebagai midtone adalah wilayah yang "abu-abu". Gelap nggak. Terang juga nggak.
Sebenarnya, fungsi dari curves adalah memetakan kembali (remapping) tonal range pada foto menjadi yang kita kehendaki. Misalnya midtone ke highlight, shadow ke midtone, dan lain sebagainya. Semua itu bisa kita lakukan dengan mengubah nilai slider.
Sedangkan slider lights dan darks secara umum mengatur apakah keseluruhan tonal range pada foto dipetakan menjadi lebih terang ataukah lebih gelap.
Oh iya, pada screenshot di atas ada pilihan Linear, Medium Contrast, dan High Contrast pada Point Curve. Itu adalah jenis preset point curve yang mana menjadi bentuk awal kurva tonal range. Pada preset Linear, bentuk kurva adalah garis lurus diagonal.
Piye? Mumet toh? Lebih enak gesar-geser slider toh? Hehehe.
Sekali lagi, nggak ada patokan umum mengubah nilai-nilai slider ini. Silakan sesuaikan dengan mood foto yang sedang di-edit.
Eh, sedikit tips dariku. Ubah dulu nilai curves ini sebelum mengubah nilai slider-slider yang lain.
Memperbaiki Foto Underexposed yang Formatnya JPG
Eh iya, foto-foto yang aku edit di Adobe Lightroom itu kan formatnya RAW. Karena aku motretnya pakai DSLR Nikon jadi format file-nya adalah NEF.
Alasan aku motret dengan format RAW itu adalah supaya aku bisa dapat file foto yang fleksibel untuk olah digital. Lha, tapi kan umumnya sebagian besar pehobi foto itu motret dengan format JPG toh? Lalu, apakah foto yang berformat JPG itu nggak bisa diolah digital untuk "diangkat" shadow-nya?
Jawabannya adalah tetap bisa! Foto dengan format JPG tetap bisa "dicemplungkan" ke Adobe Lightroom untuk kemudian dilakukan olah digital seperti yang aku terangkan di paragraf sebelum ini. Hanya saja, karena data foto yang disimpan dalam format JPG itu kurang banyak dibandingkan dalam format RAW, maka hasil olah digitalnya kurang maksimal.
Foto asli format JPG. Terlihat agak sedikit terang dibanding format RAW.
Hasil operasi serupa seperti foto berformat RAW. Ada bedanya?
Dalam kasus fotoku di atas itu hasil olah digital antara format RAW dan format JPG menunjukkan perbedaan yang nggak begitu signifikan. Kalau hanya untuk dipajang di media sosial dengan resolusi kecil ya cukup lah. Beda ceritanya kalau untuk dicetak besar.
Sekilas Tentang Foto Loncat
Eh, ini sih nggak ada hubungannya dengan foto shadow Umbul (Ke)Manten.
Aku cuma mau melaporkan bahwa dari hasil akrobatnya Dimas meloncat nyebur ke dalam air, Umbul (Ke)Manten ini kurang cocok sebagai lokasi foto yang seperti itu. Alasan utamanya adalah pohon-pohon besar yang mengelilingi umbul menganggu perhatian ke objek foto yang sedang melompat. Alasan lainnya adalah banyak pengunjung sehingga kurang leluasa untuk melompat nyebur.
Latar belakangnya terlalu ramai nggak sih?
Nyoba motret dari belakang hasilnya lumayan. Lebih bagus kalau posenya menghadap ke kamera ya?
Sudah gitu doang.
Umbul (Ke)Manten Cocoknya Buat Main Air
Terlepas dari buruknya kondisi pemotretan yang penuh dengan shadow, Umbul (Ke)Manten tetaplah merupakan objek wisata yang populer bagi warga Klaten dan sekitarnya. Meskipun bukan hari libur, siang hari itu Umbul (Ke)Manten terlihat ramai. Selain anak-anak muda, ada juga sejumlah keluarga dan rombongan pejabat yang sedang berwisata.
Ada warung-warung sederhana. Sekedar gorengan sama teh anget ada lah. Musala juga ada.
Kurang sip buat tempat piknik sih. Tetapi selama keluarga tetap harmonis ya okelah.
Selain toilet, tempat untuk ganti pakaian juga ada.
Jadi tunggu apalagi!?
Lupakanlah itu perkara shadow dan urusan motret-memotret! Segeralah rasakan dingin dan segarnya air Umbul (Ke)Manten!
Eh, walaupun di sana aku cuma numpang membasuh muka saja sih, hehehe.
KATA KUNCI
- adobe lightroom
- alam
- asal-usul umbul manten
- curves adobe lightroom
- dhemit
- dimas
- edit foto
- foto underexposed
- fototips
- jawa tengah
- klaten
- kolam
- mata air
- mata air jawa tengah
- mata air klaten
- motret
- pengantin
- pohon
- raw
- raw converter
- sejarah umbul manten
- slider adobe lightroom
- tulung
- umbul
- umbul jawa tengah
- umbul kemanten
- umbul klaten
- umbul manten
- umbul pengantin
- umbul tulung
- under exposure
- wunut
NIMBRUNG DI SINI
Sy punya foto hantu pengen dirubah jadi
malaikat :). Barangkali Bs bantu
Mksh
Aplikasinya gratisannya sudah oke ya ... bikin foto jadi cling ...
Btw, dah pernah ke Desa Gerpasang belum Mas? Desa yg \"katanya\" belum ada listriknya dan harus nanjak bukit dulu...siapa tau mau gowes ke sana, lewat daerah saya. :)