Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Pakdhe Prap itu hobinya motret Gunung Merapi. Aku sendiri sudah berkali-kali menemani Pakdhe motret Gunung Merapi. Dari mulai sesaat sebelum Gunung Merapi erupsi pada tahun 2006 sampai setelah Gunung Merapi erupsi pada tahun 2010.
Nah, hari Jum’at (11/9/2013) yang lalu, Pakdhe ngajak motret Gunung Merapi pagi-pagi. Lokasi favorit Pakdhe untuk motret Gunung Merapi itu dari Kaliadem. Jarak Kaliadem sekitar 30 km di utara pusat kota Jogja.
Jikalau mengamati kebiasaannya Pakdhe, seringnya sih pas mau motret Gunung Merapi pada saat pagi, pasti harus berangkat ke lokasi pas pagi buta seperti kejadian pada tahun 2009 silam. Tapi Alhamdulillah, Pakdhe kali ini ngajak perginya pukul enam pagi. #bisa.tidur.agak.lama
Bukannya aku nggak mau pergi pagi buta. Hanya saja, badan ini rasanya masih pusing semenjak motret dari Pantai Ngerenehan kemarin lusa. Bisa rontok badanku kalau diterpa sama dinginnya angin kemarau pegunungan pas pagi buta.
Walaupun ya... dalam kamus fotografi itu kalau motret landscape bagusnya ya pukul enam – tujuh pagi. Jadi, karena kali ini berangkat motret siang, mungkin hasil fotonya jadi kurang bagus.
SILAKAN DIBACA
Anyway, semenjak erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 silam, aku sama sekali belum pernah menyambangi Kaliadem lagi. Kabarnya sih Kaliadem juga terkena dampak parah erupsi. Aku jadi penasaran, perubahan apa saja yang terjadi di Kaliadem semenjak erupsi 3 tahun yang lalu itu.
Benar saja, di Jl. Bebeng yang mengarah ke Kaliadem terputus oleh kegiatan perekonomian warga setempat. Banyak warga yang menjajakan jasa tur mengelilingi lereng Gunung Merapi. Otomatis, kendaraan pribadi nggak bisa lagi semakin mendekat ke utara dan harus diparkir di lokasi yang disediakan warga.
Melihat ada yang menawarkan jasa tur wisata menggunakan mobil Jeep Willys, Pakdhe Prap tertarik dan memutuskan mengambil paket wisata seharga Rp250.000 dari Grinata Adventure. Mobil Jeep ini dapat memuat maksimal 4 penumpang dewasa + 1 supir.
Dengan dikemudikan oleh Pak Rudi, kami pun menjelajah lereng Gunung Merapi di atas mobil Jeep Willys dengan nomer urut 02. Berikut adalah spot-spot menarik yang kami jumpai sepanjang jalan.
Kali Gendol
Sebagian besar rute tur wisata ini adalah melahap medan “padang pasir” lahar dingin Gunung Merapi yang umumnya berada di wilayah Kali Gendol. Di luar musim lebaran, Kali Gendol dipenuhi oleh aktivitas penambangan pasir, cocok untuk human interest. Namun, untuk objek gunung Merapi banyak terhalang oleh tebing-tebing pasir dan juga pepohonan.
Dusun Petung
Kalau ada istilah kota mati maka Dusun Petung bisa dibilang sebagai desa mati. Ya, desa ini sudah ditinggal oleh warganya pasca erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Sebagian besar wilayah desa ini pun terkena imbas dari wedus gembel. Hasilnya adalah rumah-rumah yang hancur dan harta peninggalan warga yang tak lagi berbentuk.
Untuk memotret benda-benda peninggalan warga di mini museum bisa dengan menggunakan lensa makro. Aku sendiri memakai lensa 35mm DX. Sedangkan untuk objek Gunung Merapi masih susah karena terhalang oleh pepohonan dan sisa-sisa bangunan.
Kaliadem
Waaa...Kaliadem jadi padang pasir! #sedih
Kaliadem sudah nggak seperti saat dulu aku berkali-kali kemari! #sedih
Di Kaliadem sama sekali nggak ada pohon dan rerumputan. Sejauh mata memandang yang ada hanyalah padang pasir.
Buatku, Kaliadem nggak lagi tempat yang fotogenik. Jujur, kembali kemari dan melihat kondisi yang berbeda membuatku membanding-bandingkan dengan beberapa tahun silam, "dulu ini ...", "dulu itu...", dan sebagainya.
Objek menarik di Kaliadem saat ini adalah bunkernya. Tapi menarik bukan dalam hal objek foto sebab di dalamnya gelap gulita.
Menarik untuk memuaskan rasa penasaran seperti apa bentuk “lubang kematian” yang pernah memakan dua korban jiwa pada erupsi tahun 2006 silam. Cobalah tengok WC di dalam bunker dan “rasakan” sensasinya.
Sekitar 2 km di selatan Kaliadem masih ada sejumlah pepohonan yang cukup rindang dan bisa menjadi lokasi yang lumayan fotogenik. Walau ya, keberadaan hamparan pasir masih mendominasi pemandangan sih.
Batu Alien
Selain kehadiran batu yang bentuknya menyerupai wajah manusia, menurutku di sinilah spot pemotretan Gunung Merapi yang cukup fotogenik. Pembaca bisa memotret Gunung Merapi persis di tengah-tengah bingkai foto dengan terhimpit rimbunnya hutan.
Kesimpulan
Datanglah lebih pagi sekitar pukul lima pagi dengan rute ke Batu Alien dan Kaliadem terlebih dahulu. Selain lensa sudut lebar, boleh juga disertai lensa tele dan lensa makro.
Oh ya, hati-hati ketika mengganti lensa karena debu pasir berterbangan di sana-sini. Singkatnya, Gunung Merapi masih fotogenik walau kita harus sedikit mengubah sudut pemotretan.
Oke deh. Cukup ya ceritanya. Aku mau balik tiduran lagi. Lagi-lagi aku mual karena pas naik jeep tergoncang-goncang. Doh...
SILAKAN DIBACA
Pembaca pergi ke gunung juga pas libur lebaran?
NIMBRUNG DI SINI
karena kehujanan :-) Ngopi di warung samping bunker. Yah... Tinggal cerita :-(
cantik fotonya Wij...