Nggak terasa, sudah sekitar 3 tahun aku memotret pakai Nikon D80 dan lensa Nikkor 18-135mm DX. Sepertinya, sekarang ini waktu yang tepat buatku untuk nambah "anak" alias lensa lain .
Eh, tapi lensa apa ya?
SILAKAN DIBACA
Kalau aku cermati, selama 3 tahun ini aku lebih sering memotret pemandangan (landscape). Itu karena aku lebih sering motret di focal length 18 mm. Oleh sebab itu, apa dengan demikian aku wajib punya lensa wide angle ya?
Tapi, setelah dipikir-pikir lagi, aku itu lebih sering memotret sambil bersepeda. Sepertinya kalau bersepeda sambil membawa lensa wide angle yang besar, berat, dan harganya mahal itu kok ya agak-agak rawan ya?
Jadi, setelah aku merenung dalam-dalam #halah, lensa yang aku butuhkan adalah lensa kompak. Yaitu, lensa yang ukurannya lumayan ringkas saat dikeluar-masukkan dari tas sambil bersepeda.
Nah, dari sekian banyak lensa untuk DSLR Nikon, lensa-lensa yang memiliki ciri-ciri yang kumaksud adalah:
- AF-S DX NIKKOR 18-55mm f/3.5-5.6G VR II
- AF-S NIKKOR 50mm f/1.8G
- AF-S DX NIKKOR 35mm f/1.8G
Setelah menimbang-nimbang, pilihanku jatuh kepada lensa prime AF-S DX NIKKOR 35mm f/1.8G. Kenapa aku memilih lensa ini?
Dibandingkan lensa 18-55mm DX, lensa Nikkor 35mm DX ini punya bukaan diafragma yang lebih besar (f/1.8). Terlebih lagi, lensa ini memang dirancang untuk sensor kamera APS-C dan bukan full frame (FX) seperti lensa 50mm.
Harga
Mahal? Nggak juga. Dengan rentang harga di bawah 3 juta rupiah, lensa Nikkor 35mm DX relatif terjangkau untuk kebanyakan fotografer. Yah, setidaknya bisa terbeli dengan 1 kali gaji PNS golongan 3A. Dua kali gaji lah kalau mau aman.
Kualitas Body
Lensa Nikkor 35mm DX ini terbilang lensa yang ringkas. Pengoperasiannya juga mudah. Pada body lensa Nikkor 35mm DX ini terdapat satu tombol untuk memilih mekanisme fokus antara M/A dan M.
Pada mode autofokus M, mekanisme autofokus dalam kondisi non-aktif, sehingga pengguna harus manual dalam mencari fokus. Sedangkan pada mode autofokus M/A, mekanisme autofokus aktif. Namun saat autofokus bekerja, pengguna masih dapat mengubah fokus secara manual.
Cincin fokusnya sendiri lumayan mulus untuk digunakan. Tidak terlampau seret, tapi juga tidak mulus-mulus betul. Lensa Nikkor 35mm DX juga tanpa dilengkapi indikator jarak fokus.
Sebagai lensa konsumer, tentu saja bodi lensa Nikkor 35mm DX didominasi bahan plastik. Tapi jangan salah, mount lensa terbuat dari metal supaya lensa tetap kokoh saat terpasang di kamera. Selain itu ada karet yang mengelilingi “pantat” lensa. Karet weather sealing ini berfungsi untuk mencegah debu dan air masuk ke lensa saat terpasang di kamera.
Walaupun Nikon tidak memberi jaminan tahan cuaca dan tahan banting untuk lensa Nikkor 35mm DX ini, setidaknya fitur lens mout dari metal dan karet weather sealing di atas cukup membuatku lega. Sebab, aku kan cukup sembrono dalam memakai lensa.
Kualitas Foto
Aku memotret sebuah bunga teratai di halaman kampus ITB dan hasilnya...memuaskan! Aku cuma mau bilang kalau lensa ini bisa menghasilkan kualitas gambar yang baik apabila dipakai secara cermat. Cacat lensa seperti vignetting, distorsi, aberasi kromatik tetap ada namun menurutku tidak terlalu mencolok.
f/1.8, 1/100 detik, ISO 100
Warnanya cantik...
Kalau sebelumnya aku banyak menyebut kelebihan lensa 35mm DX ini, bukan berarti lensa ini adalah lensa yang sempurna lho!
f/2, 1/1.250 detik, ISO 200
Di pinggir jendela ada aberasi kromatik (garis yang warnanya ungu itu)
Bermain di 35mm
Seperti namanya, lensa prime adalah lensa dengan focal length tunggal. Tidak seperti lensa zoom yang panjang fokalnya bisa diubah-ubah. Kebanyakan fotografer pemula kerap “mendewakan” lensa zoom dengan panjang fokal yang panjang, seperti 18-200mm atau 70-300mm. Itu sebabnya penggunaan lensa zoom lebih fleksibel.
Lantas, buat apa lensa Nikkor 35mm DX ini?
Menurutku, itu selera. Seperti yang aku bilang, aku ingin lensa yang kompak, dan untuk itu ada beberapa fitur pada lensa yang mesti ditiadakan. Tapi toh, fotografi adalah kreativitas kita untuk mengabadikan momen. Sehingga dengan lensa jenis apa pun, sebenarnya kita bisa menghasilkan foto bagus asalkan penggunaannya cermat.
f/1.8, 1/4.000 detik, ISO 800
fokus selektif ke mata kucing sedangkan badannya buram, hohoho...suka bangeeet!
Buatku, lensa Nikkor 35mm DX ini menuntut penggunanya untuk aktif bergerak. Ya karena tidak ada fitur zoom, jadi terpaksa fotografernya deh yang mesti maju-mundur .
Karena panjang fokalnya yang 35mm itu pula, hasil foto yang diperoleh bisa lebih "berdimensi". Alhasil, mudah untuk menghilangkan kesan "datar" pada foto.
Kesimpulan
Jadi, bagaimana aku akan menggunakan lensa Nikkor 35mm DX ini?
Sepertinya di masa mendatang aku bakal memilih lensa ini untuk mengabadikan momen-momen "umum" yang hasilnya sebatas untuk di-upload ke media sosial. Dengan bukaan diafragma yang besar (f/1.8), aku jadi tidak ragu untuk memotret di situasi yang minim cahaya meskipun lensa ini tidak dibekali fitur Vibration Reduction.
Kalau dicermati pula, lensa Nikkor 35mm DX ini sepertinya bagus juga sebagai lensa untuk memfoto produk.
Untuk Pembaca pengguna Nikon yang sedang mencari lensa yang kompak nan ringkas, bolehlah lensa Nikkor 35mm DX ini dipertimbangkan sebagai pilihan.
NIMBRUNG DI SINI
untuk foto bokeh
bisa gak?!? Jarak
kamera sama subjek
brp meter kl pakek
lensa 35mm???!
Trims
Smoga memuaskan...
mungkin?
Makronya bagus ya... saya naksir prime karena bukaan aperture-nya pasti lebih besar ketimban lensa
zoom. Jadi, bisa dapet gambar lebih tajam saat di cahaya redup ketimbang lensa zoom.
Tapi, justru karena itulah lensa prime jauuuuh lebih mahal ketimbang lensa zoom. :(
beli second juga ndak apa-apa :D
masih dengan kit 18-55VR kemana mana...
sapa bilang gag mahal :p
mantep neh lensanya..hihi..F1.8 AFS pula..
kemarin aku cuma bisa beli yg 50mm F1.8 aja..lensa sejuta umat... haha