Ini dia Nikon F80 dengan Lensa Sigma terpasang.
Walau udah naik pangkat, gayanya tetep aja norak.
Sebelumnya aku minta maaf kalau artikel ini mungkin agak susah dimengerti buat Pembaca sekalian. Yah, karena di artikel ini aku bakal mengulas alias me-review lensa untuk kamera, yaitu lensa Sigma 28-105mm f/3.8-5.6 UC-III.
Lensa Sigma 28-105mm UC-III ini jelas bukan milikku, melainkan milik Andreas yang sekarang sudah “naik pangkat” menjadi pengguna kamera SLR, bukan rangefinder lagi. Selamat ya Ndre!
Andreas sendiri memakai kamera SLR analog klasik Nikon F80. Sama-sama ada angka 80-nya dengan DSLR punyaku, D80, hehehe . Nikon F80 ini sudah dikenal berkualitas sebagai kamera semi-profesional di jamannya (dirilis sekitar tahun 2000-an gitu).
Nah, kalau kamera Nikon F80 sudah OK, bagimana dengan kualitas lensa Sigma yang menjadi pasangannya? Dalam dunia fotografi, Sigma dikenal akrab sebagai produsen lensa pihak ketiga (third party) untuk SLR Nikon maupun Canon.
Kebetulan, pas aku dan Andreas bertualang ke Watu Leter, dengan sedikit rayu dan paksa, aku berhasil memasang lensa Sigma 28-105mm UC-III itu ke Nikon D80 milikku, hahaha .
Hampir semua foto yang aku jepret di Watu Leter adalah dengan menggunakan lensa Sigma 28-105mm UC-III. Berikut adalah kesanku menggunakan lensa ini.
Lensa Sigma 28-105mm UC-III setara dengan lensa Nikkor 18-70mm DX di format digital. Karena dipasang di kamera digital SLR, maka panjang fokal lensa Sigma ini berubah menjadi 42-157.5mm (terkena efek crop factor dari sensor 1.5x). Artinya, lensa ini terbatas jika harus menangkap luasnya pemandangan.
Bagus juga kok buat memotret bunga liar yang tumbuh di Watu Leter.
Konstruksi luar lensa Sigma 28-105mm UC-III ini sepenuhnya terbuat dari plastik. Tapi jenis plastiknya terasa berbeda dengan plastik lensa Nikkor 18-135mm DX yang aku pakai.
Lensa Sigma 28-105mm UC-III ini masih dilengkapi fitur gelang untuk mengatur bukaan diafragma. Karena gelang diafragma ini gampang sekali terputar, maka lensa ini dilengkapi dengan tombol pengunci gelang diafragma. Selain itu, lensa Sigma 28-105mm UC-III ini memiliki indikator jarak fokus yang sederhana tapi fungsional. Ah, coba lensa-lensa Nikon kelas pemula juga dilengkapi fitur seperti ini.
Gelang fokus lensa Sigma 28-105mm UC-III juga nyaman digunakan. Sayangnya, lensa Sigma 28-105mm UC-III ini tidak dilengkapi dengan motor autofokus. Jadi, untuk fokus otomatis harus mengandalkan motor autofokus dari body D80. Akibatnya, lensa Sigma 28-105mm UC-III ini terdengar sedikit berisik saat mencari fokus. Oh iya, saat proses pencarian fokus, indikator jarak fokusnya juga ikut berputar dan itu sering bikin aku kaget.
Satu lagi, kalau obyeknya jelek,
sebagus apa pun lensanya ya hasilnya
juga jelek, hehehe.
Terakhir, bagaimana dengan kualitas foto yang dihasilkan oleh lensa Sigma 28-105mm UC-III ini? Karena dipasangkan di kamera digital, semestinya sih menurut teori lensa ini bakal memberikan performa yang baik.
Setelah aku uji dengan mengambil beberapa foto, memang pada kenyatannya demikian. Aku sendiri memang bukan tergolong orang yang memperhatikan betul ketajaman lensa. Akan tetapi, aku sudah cukup puas dengan kualitas foto yang dihasilkan oleh lensa ini.
Anehnya, saat penguajian aku tidak menemukan cacat lensa yang berarti seperti distorsi atau aberasi kromatik. Untuk memotret pemandangan lensa Sigma 28-105mm UC-III ini sudah memuaskan lah menurutku.
Melihat dari fitur dan kualitas lensa Sigma 28-105mm UC-III, sepertinya lensa ini merupakan lensa pemula yang dijual di kisaran harga Rp2 juta hingga Rp3 juta rupiah di zamannya.
Nah Ndre, sepertinya lensamu ini lolos pengujianku. Jadi, kalau hasil fotomu jelek, jangan salahkan kamera dan lensamu tapi salahkan skill memotretmu. Hehehe.
NIMBRUNG DI SINI