Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Senin, 25 Maret 2019, 12:22 WIB

Pada suatu Minggu ku turut istri ke desa.
Naik sepeda motor matic ku duduk di depan.
Si istri duduk di jok belakang sambil nguap-nguap.
Dia bosen sama aku yang ngoceh sana-sini.

 

Lagu nggak jelas #duh yang dimodifikasi dari lagu “Naik Delman” itu menemani perjalananku dan Dwi pada Minggu pagi (22/7/2018) yang... berkabut… tebal.

 

Berangkat pukul setengah 6 pagi dari rumah. Pas menyusuri jalan raya dari Kota Jogja ke ringroad Jl. Imogiri Barat kondisinya masih normal-normal saja.

 

Naaah, pas lewat depan Pasar Tri Windu barulah kelihatan kalau jalan rayanya berkabut. Tapi, masih kabut tipis.

 

Pikirku, ini pasti efek dari hawa pagi Yogyakarta yang belakangan ini sering sedingin kulkas. Paling agak siangan kabutnya bakal menghilang seiring dengan pancaran sinar matahari yang semakin menghangat.

 

Eh, tapi sampai pukul setengah 7 pagi kabutnya belum menghilang! Malah kabutnya semakin tebal pas melewati Jl. Raya Imogiri – Siluk.

 

pemandangan di sepanjang jalan raya siluk imogiri yang berkabut tebal

 

Oleh karena tirai kabut tebal membuat persawahan di pinggir jalan raya terlihat fotogenik, maka dari itu sepeda motor pun diparkir di pinggir pematang sawah. Sesi foto-foto spontan digelar. Kapan lagi coba pemandangan sawah di Imogiri bisa “semistis” ini?

 

Eh iya, sang istri terlucyu sudah lama menerbitkan artikel “mendayu-dayu” tentang sawah Imogiri yang berkabut ini yang bisa dibaca pada tautan berikut:

 

http://www.relunglangit.com/2018/08/terpincut-kabut-pagi-di-imogiri.html

 

hamparan sawah kering tertutupi kabut tebal di imogiri

 

Walaupun momen persawahan Imogiri yang berkabut tebal ini tergolong sangat langka, tapi pemotretannya gampang. Berikut adalah sejumlah catatan dalam pemotretan ini.

 

  1. Kamera yang dipakai DSLR.
  2. Lensanya gonta-ganti antara lensa sudut lebar (wide angle) dan lensa telefoto (> 100 mm untuk APS-C).
  3. Nggak pakai filter apa-apa.
  4. Pengaturan kamera ISO 200. Kadang pakai f/8 dan kadang f/5.6. Mode Aperture Priority.
  5. Memotret dengan RAW karena foto berkabut perlu di-retouch.

 

petani berdiri di dekat pohon besar di persawahan imogiri yang tertutup kabut tebal

wanita duduk di dekat pohon besar di persawahan imogiri yang tertutup kabut tebal

petani berdiri di dekat pohon besar di persawahan imogiri yang tertutup kabut tebal

 

Dalam pemotretan berkabut tebal seperti ini latar belakang (background) pemandangan menjadi putih bersih. Jadi, yang bisa ditonjolkan ya hanya latar depan (foreground) dan objek utama foto.

 

Selalu memegang teguh prinsip KEEP IT SIMPLE. Karena latar belakangnya sudah putih bersih jadi gampang banget untuk membuat konsep foto jadi lebih sederhana.

 

Sesuai aturan KEEP IT SIMPLE, jangan terlalu banyak memasukkan objek-objek pada foto. Dalam pemotretan persawahan di Imogiri yang berkabut tebal ini aku lebih senang memadukan dua objek, sesuatu + pohon, yang masing-masing memiliki dimensi yang berbeda.

 

Pilih pemandangan yang didominasi objek homogen. Dalam pemotretan ini objek homogennya adalah hamparan padi yang menguning kering. Mungkin beberapa hari ke depan hamparan padi kering ini sudah menghilang karena ditanami dengan semaian padi.

 

petani bersepeda melintasi pematang sawah berkabut tebal di imogiri

siluet dua sepeda antik di persawahan berkabut tebal di imogiri

padi hijau disemai di persawahan berkabut tebal di imogiri

 

Untuk editing-nya nggak pakai banyak polesan. Di Lightroom 4 aku hanya:

 

  • menaikkan exposure karena aku biasa memotret dengan exposure compensation –1.0,
  • menurunkan contrast supaya kesan samar-samarnya agak kuat,
  • menurunkan clarity supaya kesan berkabutnya agak kuat,
  • kemudian di tab split toning pada highlight aku pakai warna kebiru-biruan supaya kesannya adem.

 

setting lightroom untuk foto kabut

 

“Mas, hati-hati itu banyak telek wedhus,” ujar Dwi mengingatkan.

 

WEH! Mendengar peringatan dari istri itu, aku yang sedang memotret dengan gaya tiarap di pematang sawah otomatis mengamati kondisi sekitar.

 

Holadala! Jebul ternyata betul banyak “ranjau” peninggalan para kambing yang agak kasat mata!

 

fotografer tengkurap di pematang sawah yang berkabut di imogiri

 

Oleh sebab sudah mendapati kenyataan yang sangat mencengangkan di tengah persawahan Imogiri yang berkabut ini, jadi mari melanjutkan perjalanan ke destinasi yang sesungguhnya.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • NASIRULLAH SITAM
    avatar komentator ke-0
    NASIRULLAH SITAM #Selasa, 26 Mar 2019, 07:53 WIB
    Seng sabar mas. Kui lagi pengen golek stok foto. Dadi memberdayakan suami ahahhahaha.
    Kalau pas musim manen jadinya rada-rada gimana gitu ya pemandangannya ahhaha.