Semuanya! It is summer time!
Eh, tapi berhubung Indonesia itu nggak punya summer alias musim panas, jadi mungkin lebih cocok diseru: It is dry time!
Euh... tapi kok terdengar janggal gitu ya...? Ya sudahlah!
Motret Ombak di Musim Kemarau
Di musim kemarau ini, di mana hujan jarang turun, jelas kondisi air sungai menyurut. Akibatnya, bisa ditebak lah, air terjun juga ikut-ikutan surut, alias gersang kering-kerontang. Hiks hiks hiks...
Nah, makanya itu di musim kemarau seperti ini enaknya kita pindah haluan ke laut. Sebab ya, laut kan airnya selalu melimpah-ruah, hehehe.
Pantaaaai! Lauuut!
Nah, bicara tentang laut, salah satu objek fotografi laut yang cukup menantang buatku adalah motret ombak. Mungkin bagi Pembaca, motret ombak terdengar “cemen” bila dibandingkan dengan motret kehidupan bawah laut sambil diving. Namun buatku ini pilihan ternyaman, sebab aku tak lihai berenang, tak berpengalaman nyelam, dan tak mau basah-basahan.
Lagipula, motret ombak sepertinya itu bukan perkara sulit. Eits, tunggu dulu! Kalau buatku, motret ombak itu jauh lebih sulit dibandingkan dengan motret air terjun. Kok bisa?
Motret ombak? Terdengar gampang kan? Tapi...
Pertama, bentuk fisik ombak itu kan berbeda-beda. Ombak kan selalu bergerak dan berubah bentuknya. Lain dengan air terjun yang bentuknya nyaris seragam detik demi detik.
Oleh sebab itu, sebelum motret ombak biasanya aku memperhatikan gerakan ombak barang sejenak. Seberapa kuat ombaknya, bagaimana bentuknya bila mengenai objek, dan lain sebagainya. Alhasil, kelakuanku ini seringnya terlihat mirip orang linglung, hahaha.
Nyari apa Mas?
Kedua, buatku lokasi motret ombak itu nggak sembarangan. Lokasi motret ombak harus di area dengan banyak batu-batu karang. Nggak bisa kalau lokasinya seperti foto pembuka artikel ini. Sebab, semakin banyak karang, pergerakan ombaknya semakin cantik meliuk-liuk.
Oleh sebab itu, untuk mencari lokasi banyak karang seperti ini mesti agak mblusuk-mblusuk. Umumnya, semakin ke timur dari jejeran pantai di Gunungkidul, karangnya semakin banyak. Oh iya, di Pantai Glagah, Kulon Progo juga ada penahan ombak yang bisa “diperlakukan” mirip seperti karang.
Di Jogja, semakin ke timur pantainya semakin banyak karangnya. Ini di mana hayo?
Yang ketiga ini yang agak ilmiah dikit. Motret ombak itu mesti memperhatikan cuaca di perairan laut dan fase bulan. Soalnya dua hal itu berpengaruh pada bentuk ombak. Seperti saat artikel ini terbit, cuaca di laut Jawa sedang buruk dengan gelombang ombak tinggi.
Lebih jelasnya bisa langsung disimak di tautan situs BMKG berikut.
http://maritim.bmkg.go.id/index.php/main/prakiraan_gelombang_12jam
Sedangkan fase bulan berpengaruh pada pasang naik dan pasang surut air laut. Nggak lucu dong udah jauh-jauh ke pantai tapi bertepatan pas pasang surut. Sekadar info, pas bulan purnama dan bulan baru, pasang naik dan pasang surut berada pada titik maksimal. Supaya lebih ngerti, simak tautan di bawah ini.
http://www.tides4fishing.com/as/west-indonesia
Persiapan dan Teknik Motret Ombak
Nah, yang berikutnya ini bahasannya tentang teknik memotret ombaknya.
Persiapannya:
- Pertama yang perlu diingat: AIR LAUT SANGAT BERBAHAYA BAGI KAMERA!
- Karena aku memotret ombak pakai teknik slow-speed, maka dari itu filter ND (Neutral Density) adalah syarat mutlak. Kalau nggak ada filter ND, pakai kaca las juga boleh.
- Pakai tripod dan pastikan kaki tripodnya tidak bergerak tergerus ombak.
- Kalau ombaknya besar, lebih baik tidak mendekat. Selalu waspada dan jaga jarak!
- Kalau khawatir, bungkus kamera dengan kantong plastik supaya tidak terciprat air laut.
- Pastikan dan hati-hati agar kamera, filter, dan aksesori lain tidak jatuh terkena air laut.
- Cek selalu kaca depan lensa kamera dari cipratan air laut. Ini yang kadang terlupa.
Tripod adalah kuncinya. Pastikan tripodnya kokoh biar kameranya aman.
Eksekusinya:
- Hitung berapa detik lamanya ombak melaju mengenai objek dan berbalik lagi ke laut.
- Tekan tombol rana sesaat sebelum ombak mengenai objek dan lepas tombol rana saat ombak 1/2 jalan berbalik menuju laut.
- Bila ingin memotret laut yang terlihat tenang, lama eksposur adalah sekitar 3 kali ombak datang-pergi.
- Ulangi pemotretan beberapa kali untuk mendapatkan bentuk ombak yang diinginkan. Bentuk ombak yang bagus itu kalau tidak terlalu semrawut.
Pertama, motret ombak biasa saja supaya ngerti komposisi dan bentuknya kira-kira seperti apa.
Mulai long exposure. Ini pas ombaknya surut, jadinya dasar laut kelihatan.
Bentuk ombak kadang semrawut. Jadi, harus motret beberapa kali dan mengganti-ganti kecepatan rana.
Modalnya pakai feeling.
Kalau aku sukanya yang bentuknya seperti ini. Lembut kayak kapas.
Eh, tapi di batu karangnya terlihat ada cipratan air laut yang kena kaca depan lensa.
Motret Ombak itu Gampang?
Gimana? Mumet kan cuma mau motret ombak doang? Hehehe.
Enaknya itu memang kalau punya rumah di dekat pantai. Jadinya bisa ngawasin bentuk ombak dari hari ke hari. Kalau nggak ya... untung-untungan. Tapi tenang aja Pembaca, ombak pasti selalu bakal ada kok dan pasir pantai selalu menggoda untuk diajak main. Ya kan?
Apa Pembaca punya tips lain untuk motret ombak?
NIMBRUNG DI SINI
kamera salah menghitung karena warna putih dari buih ombak yang datang membuat
over exposure...memang butuh kesabaran...
kehijauan.
Konon, udara laut juga ngga bagus buat lensa, ya. Makanya kakakku setiap kali pulang dari pantai, pasti langsung bersihin lensa kameranya....
suwun mas bro tips nya :D
wkwkw....