Jam menunjukkan pukul 4 sore saat aku terbangun dari tidur yang terasa singkat. Aku nggak kaget ketika pemandangan yang tersaji saat aku membuka mata adalah hamparan rumput luas dan diselingi deru kendaraan bermotor. Aku memang sedang beristirahat sejenak di Alun-Alun kota Magelang, tepatnya di bawah bak penampungan air yang bertuliskan “Magelang, Kota Harapan”.
Karena perut sudah berorkestra minta diisi, Aku bersama Joko memutuskan untuk mencari makan di sekitar Alun-Alun Kota Magelang. Sebelumnya, karena tertarik dengan aktivitas warga Magelang di Alun-Alun, maka aku dan Joko berkeliling Alun-Alun untuk memotret aktivitas mereka. Ini kegiatan memotret yang aku sebut sebagai street hunt, karena minim persiapan dan mengambil tempat di ruang publik.
Mobil-Mobilan dan Becak Mini
Seakan-akan ingin menyaingi binatang-binatangan di Mall Malioboro, Alun-Alun Magelang juga menyediakan jasa serupa. Bedanya, binatang-binatang tersebut berganti rupa menjadi mobil, motor dan becak. Pilihan kendaraannya pun beragam, sehingga konsumen dijamin tidak akan bosan. Bicara soal konsumen, tentu saja konsumennya adalah anak-anak kecil.
Eh, sebetulnya aku iri dengan anak-anak kecil itu. Tapi Ibu selalu mengingatkan kalau mainanku lebih hebat, yaitu mobil betulan. Doh!
Bioskop...Mesum!
Tidak jauh dari Alun-Alun, tepatnya di sisi timur, teronggok bangunan bioskop yang cukup berumur bernama Bioskop Tidar. Sekilas Bioskop Tidar ini tampak biasa-biasa saja. Bahkan tidak terlalu mencolok karena dikelilingi pedagang kaki lima.
Yang membuat beda bisokop ini dari bioskop 21 adalah filmnya! Gila saja! Masa film-film mesum diputar juga di siang hari!?
Yah, seperti inilah nasib bioskop-bioskop tua yang kalah bersaing dengan deretan bioskop 21. Mereka terpaksa menyongkong hidup dari film-film mesum dan tidak mendidik.
Layang-Layang
Sebagai mantan pasien rehab kecanduan layang-layang (pas zaman kelas 3 SMP, sewaktu mau ujian nasional ), menyaksikan lembar-lembar kertas itu menari-menari di udara adalah suatu keasyikan tersendiri.
Sepertinya, bulan Juni ini adalah musim yang tepat untuk bermain layang-layang. Cuaca yang tidak hujan serta angin yang melimpah. Nggak heran, layang-layang menjadi permainan yang populer di Alun-Alun Magelang.
Ada banyak penjual yang menjajakan layangan dalam bentuk yang beraneka ragam. Tentu saja layang-layang tersebut bisa terbang! dan tidak untuk diadu!
Tahu Pojok
Demi membungkam perut yang volume suaranya makin membesar, terpaksalah kami mengakhiri jalan-jalan keliling Alun-Alun untuk mencari tahu pojok. Katanya Friska (Math '05), tahu pojok adalah kuliner khas dari Magelang ini.
Berhubung di sekitar Alun-Alun Magelang ada banyak warung yang menjajakan sajian tahu pojok, maka kami memilih salah satu warung yang kalau nggak salah namanya Tahu Pojok Pak Slamet. Lokasi warung ini berada di deretan warung tahu pojok sejenis yang berada di selatan Masjid Agung, di depan Bank Permata.
Sekilas, tahu pojok Pak Slamet nggak berbeda jauh dengan sajian tahu pojok lainnya. Tahu dirajang bersama lontong, disiram dengan kuah kacang, dan dicampur irisan kubis, kecambah, serta bawang goreng.
Begitu suapan pertama tahu pojok Pak Slamet memasuki mulut, aku merasakan sensasi yang berbeda yang tidak aku kecap ketika menyantap tahu pojok lain. Tahu terasa lembut dan kuah kacang terasa tidak terlalu kental dan gurih. Artinya, tahu pojok ini tidak membuat perut terasa kenyang pada suapan pertama. Meskipun santapan tahu pojok ini bisa dikategorikan sebagai makanan berat.
Harga yang harus ditebus cukup wajar. Dua porsi tahu pojok dengan minum teh panas dikenai harga Rp18.000. Tidak salah jika kami memberi skor 8 dari 10 untuk santapan yang satu ini.
Magelang, sebuah kota yang berjarak 40 km dari Yogyakarta ini memiliki kisah tersendiri. Dari berbagai macam petualanganku berkeliling Jawa Tengah, Magelang merupakan kota yang kusinggahi lebih dari lima kali.
Kisah yang kuukir di kota ini mungkin tidak lebih dari sekadar pengalaman mengelilingi alun-alun. Tapi lebih dari itu, tidak ada salahnya mengunjungi kota yang berjanji memberi harapan ini bukan?
NIMBRUNG DI SINI
kira-kira seperti apa ya bagian dalamnya,
pastinya jauh berbeda dengan xxi atau
bioskop ternama lainnya,,
Kira2 2020 masih ada tidak ya bioskop iki??