Salah satu kebutuhan primer manusia adalah mencuci baju. Lha wong manusia kan tiap pakai baju? Mosok ya bajunya nggak pernah dicuci? Kalau tiap kotor mesti beli baju baru kan ya boros tho ya? Apa ya ada manusia yang nggak pernah nyuci baju atau yang nggak pernah pakai baju? Setahu aku hanya penderita gangguan kejiwaan yang berprilaku demikian, hehehe.
Lantas, apa aku nggak dibilang menderita gangguan jiwa juga, ihwal aksiku memotret kegiatan orang mencuci baju?
Buatku, mencuci baju itu klasik. Bayangkan! Di tengah gempuran kepraktisan mesin cuci dan jasa laundry, di mana lagi kita bisa menyaksikan kegiatan mencuci baju yang konvensional, yang dikucek dan disikat?
Beruntunglah aku hidup di Jogja. Di mana kegiatan mencuci baju adalah hal yang lumrah dilakukan di tempat terbuka, khususnya di pedesaan. Seperti saat aku berkunjung ke sendang Klangkapan dan sendang Kebagusan di Kabupaten Sleman. Niat hati ingin berenang di sendang, eh kok malah di sekeliling sendang banyak yang mencuci baju? Duh!
Apa aku melanggar privasi? Aku pikir tidak. Pun kalau mereka tidak berkenan saya potret tentunya mereka akan menolak ketika saya ambil gambarnya. Apalah itu yang terjadi di ruang publik memang kerap menimbulkan banyak perdebatan, antara boleh dan tidak boleh. Mungkin yang dikhawatirkan adalah bagaimana kelak cara pemirsa mengkonsumsi foto tersebut.
Seperti foto mbak ini misalnya. Di antara sekian banyak ibu-ibu yang tengah mencuci baju di Sendang Klangkapan, mbak ini tampak "menonjol". Ya, karena mbak ini usianya paling muda sendiri. Parasnya pun bolehlah dibilang ayu. Hingga kami semua bertanya-tanya, kenapa gerangan mbak ini mencuci? Bukankah mencuci identik dengan pekerjaan kaum hawa berusia lanjut?
Hahaha, foto mbak ini juga adalah yang menarik menurut saya. Sebab foto si mbak terpaksa aku crop setelah saya mencermati adanya penampakan ibu berkutang di latar belakang. Seandainya sang ibu tidak berkutang dan mungkin tidak ada disana, sepertinya fotonya akan jadi lain.
Ah ya, aku lupa, mencuci baju itu kan hak asasi tiap manusia. Di agama pun setahu saya tak ada larangan mencuci (selain mencuci uang tentunya ). Tapi, kalau dicermati secara teliti, mencuci di sendang ibarat mencampur bahan-bahan kimia dari detergen dengan air sendang. Hmmm, apakah dengan demikian air sendang akan tercemar? Kami pun tak mau berenang di kolam yang penuh busa detergen, apalagi mengkonsumsi airnya?
Seperti layaknya kegiatan lain di pedesaan yang dilakukan di ruang terbuka. Mencuci adalah sarana warga untuk menjalin silaturahim. Dua orang yang tengah mencuci bisa mengobrol sembari mengucek pakaian. Topiknya apa pun, mulai dari hal-hal seputar desa hingga seputar Indonesia.
Tak heran, jarak antar manusia di desa lebih rekat dibandingkan dengan manusia kota. Mungkin karena warga desa relatif belum terjamah teknologi yang berkedok mendekatkan manusia.
Sudahkah Pembaca mencuci baju hari ini?
NIMBRUNG DI SINI
aku kan penasaran kak
jauh lebih ramah lingkungan dari pada yg di iklan-iklan tv.
ya lumayan jauh mbak bogor mh.. :D
jadi inget waktu masih kecil aku suka ikut mamah mencuci di sungai, di desaku sungainya masih jernih.
Ya sdr telah melanggar privacy, krn tanpa ijin ybs
tapi memang manis kok mas
coba ekspresinya mbah di foto bawah, keren kalik Wij...
simbah dipotret dari bawah ya mesti nyebur ke air dunk Bu?
Ah kamu itu lho Wij, motretnya seneng si mbak ayu ituh :D
Btw, tampilan blognya bagus :D