Beliau adalah Mbah Warno. Juru masak sekaligus pemilik dari warung makan pecel “Baywatch” Mbah Warno di Dusun Semanggi, Desa Sembungan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
Selain rasa, keunikan dari pecel ini adalah penampilan Mbah Warno. Ya, beliau nyaman memasak dengan hanya menggunakan kutang. Itu sebabnya, para pelanggan setianya menyematkan nama “Baywatch” pada warung pecelnya itu.
Saat aku singgah di warung pecel Mbah Warno bulan Januari 2011 silam bersama kawan-kawan SPSS, aku menyempatkan diri untuk memotret Mbah Warno. Asal tahu saja Pembaca, aku sangat suka memotret suasana dapur Jawa klasik seperti yang ada di warung pecel “Baywatch” Mbah Warno ini. Tentu, aktivitas memasak yang Mbah Warno lakukan tidak boleh luput dari bidikanku.
Pada kesempatan ini, aku banyak mengolah warna foto lebih lanjut menjadi hitam-putih. Aku bukan penggemar fanatik fotografi hitam-putih. Melainkan, aku melakukan ini karena ada warna hijau di kebun yang menurutku menganggu komposisi warna di foto. Alhasil, mau tidak mau aku mengubah warnanya menjadi hitam-putih.
Teknis fotonya, aku menggunakan ISO 200 karena kondisi dapur yang agak temaram. Bukaan diafragma selebar mungkin (f/4, f/2.8, dst). Menggunakan D80 yang diatur ke mode A beserta lensa 18-135mm di panjang fokal 18mm. Sebenarnya aku ingin memakai lensa prime 35mm karena bukaan diafragmanya lebih lebar (f/1.8). Namun, sempitnya luas dapur akhirnya memaksaku untuk menggunakan lensa 18-135mm.
Memotret Mbah Warno yang sedang memasak, mengingatkanku akan kenangan saat eyang putriku masih hidup. Dari pengalamanku, masakan piyayi sepuh itu rasanya cenderung asin. Hmmm, apakah Pembaca juga mengalami hal serupa?
Walau begitu, rasa pecel “Baywatch” Mbah Warno tidak asin kok. Malah enaknya bukan main.
Nah, sudahkah Pembaca bersantap pecel "Baywatch" racikan Mbah Warno?
NIMBRUNG DI SINI
ya? Hmmm... sepertinya kudu dianter Wijna nih... Ayo Wij, kapan kita ke
sana? :D
Kamera bagus di tangan yg tepat akan membuat hasil foto jadi lebih bagus
lagi.