Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Minggu, 24 Mei 2009, 21:46 WIB

Tujuanku bluuskanku kali ini nggak jauh-jauh amat kok, yaitu ke Kotagede, kecamatan yang ada di tenggara Kota Jogja. Untuk ke Kotagede bisa ditempuh dalam waktu 30 menit dengan naik sepeda.

 

Aku ke sana di hari Sabtu pagi (16/5/2009), jalur yang kutempuh adalah Jl. Malioboro – Jl. A. Yani – Jl. P. Senopati – Jl. Sultan Agung – Jl. Kusumanegara – Jl. Gedong Kuning. Di Jl. Gedong Kuning sendiri terdapat gapura utama ke kawasan Kotagede. Sekitar 100 meter dari gapura ini terletak Kantor Balai Purbakala Propinsi DI. Yogyakarta.

 

Sejak tahun 1930-an, Kotagede ini dikenal sebagai kota perak. Nggak salah sih, karena di sepanjang jalan di Kotagede dihiasi oleh berbagai macam toko kerajinan perak. Sebelum krisis moneter tahun 1998 silam, kerajinan emas putih ini banyak diminati oleh wisatawan. Bahkan juga oleh warga lokal. Tapi, saat ini kondisinya berubah drastis. Sebab, bahan baku perak kian hari semakin mahal harganya.

 

Foto Rumah Tua di Kotagede tahun 2009
Nikon D40X dan Lensa AF-S DX Nikkor 18-55mm II f/3.5-5.6 IF ED
Lihat pagar rumah, menggelembung, tandanya lensa Nikon ini punya "penyakit" distorsi.

 

Sejarah Kotagede dan Awal-Mula Kesultanan Mataram

Bicara soal sejarah Kotagede nggak bisa lepas dari kisah berdirinya Kesultanan Mataram yang merupakan akar dari Keraton Yogyakarta. Alkisah, pada tahun 1546, tersebutlah seorang pria bernama Ki Ageng Pemanahan yang merupakan lurah wiratamtama di Pajang (sekarang seputar Surakarta).

 

Salah satu kesultanan besar pada masa itu adalah Kesultanan Demak, yang mana masih dipenuhi intrik politik perebutan kekuasaan. Tentu ada drama terbunuh dan dibunuh . Ki Ageng Pemanahan berhasil menyelamatkan Hadiwijaya (bupati Pajang) dari jebakan Sunan Kudus. Dengan intrik politik pula, Ki Ageng Pemanahan dikabarkan berhasil membunuh Arya Penangsang (bupati Jipang Panolan) yang merupakan musuh dari Hadiwijaya.

 

Pokoknya, setelah segala macam intrik politik bunuh-membunuh rebutan kekuasaan bekas Kesultanan Demak, Hadiwijaya menghadiahkan Ki Ageng Pemanahan hutan lebat yang diberi nama Alas Mentaok. Pada tahun 1556, Ki Ageng Pemanahan lantas mendirikan desa Mataram di Alas Mentaok. Beliau memimpin desa itu sampai akhir hayatnya di tahun 1584. Pengganti beliau adalah putranya, Sutawijaya, yang kelak berganti nama menjadi Panembahan Senopati, raja pertama dari Kesultanan Mataram.

 

Asal-Mula Nama Kotagede...

Karena di tengah kota pusat Kesultanan Mataram itu ada pasar yang bernama Pasar Gede yang hari pasarannya adalah Legi.

 

Moral Sejarah...

Mau Islam kek, Katolik kek, Kristen, Hindu, atau Buddha kalau sudah ketemu dengan namanya nafsu perebutan kekuasaan (atas dasar apa pun)...kejadian guling-menggulingkan, fitnah-memfintah, dan bunuh-membunuh bisa terjadi.

 

Foto Aktivitas warga Kotagede tahun 2009
Nikon D40X dan Lensa AF-S DX Nikkor 18-55mm II f/3.5-5.6 IF ED
Aktivitas warga di Kotagede cocok kalau diabadikan secara "klasik" menggunakan format hitam-putih.

 

Tes Kamera Baru

Sebenernya aku itu ke Kotagede untuk menguji DSLR Nikon D40X dan lensa kit Nikkor 18-55 II f/3.5-5.6 yang baru aja dibeli oleh kawanku Dimas Aji Bayuadhi. Jadi, trims ya Dim udah ngebolehin aku buat menjajal kemampuan DLSR pertamamu, .

 

Pesona Kotagede yang Pelan-Pelan Memudar

Foto Suasana Masjid Agung Kotagede tahun 2009
Suasana di Masjid Agung Kotagede yang syahdu.

 

Foto Hancurnya Masjid Perak Kotagede tahun 2009
Masjid Perak yang kontroversial, rata dengan tanah!

 

Foto Sisa Tembok Keraton Kotagede tahun 2009
Sisa-sisa tembok keraton di tengah pemukiman.

 

Foto Dawet Kotagede tahun 2009
Es dawet mewah yang murah-meriah!

Karena ini Street Hunt, maka dari itu sepeda diparkir di Masjid Agung Kotagede dengan retribusi Rp1.000 saja dan diteruskan dengan jalan-jalan. Banyak objek menarik di Kotagede, terutama adalah arsitekturnya yang kebanyakan adalah bangunan-bangunan lawas tempoe doeloe. Sayang bangunan-bangunan tua di kota tua ini banyak yang hendak dijual karena pemiliknya nggak mampu untuk merawat bangunan tersebut.

 

Selain Masjid Agung, di Kotagede (pernah) berdiri pula Masjid Perak yang merupakan masjid tertua setelah Masjid Agung. Sudah bukan rahasia lagi kalau Kotagede adalah markasnya ormas Islam, Muhammadiyah. Saat ini kondisi Masjid Perak tengah diperdebatkan oleh pihak takmir masjid dan pemerhati budaya seperti yang ditulis Mas Elanto.

 

Bicara soal kuliner, selain terkenal dengan sate karang dan jajanan kipo, es dawet yang dijajakan di pinggir pasar juga berhak untuk dicoba. Komposisi es dawet yang komplit (dawet-camcau-tape-es serut-santan asli) dan harganya yang cuma Rp2.000 saja bakal membuat Pembaca kembali bersyukur Tuhan bahwa hidup di Jogja itu adem, ayem, dan tentrem.

 

Dari sejarah yang mewarnai Kotagede dan dari beberapa warga yang kutemui, terbesit kisah memilukan tentang Kotagede yang mulai kehilangan "ruh"-nya. Entah apakah itu disebabkan modernisasi, krisis ekonomi, ataupun pengaruh Muhammadiyah. Tapi yang jelas, Kotagede penuh dengan benda cagar budaya, hasil karya para pendahulu kita di masa lalu. Di mana kita dapat belajar banyak dari peninggalan-peninggalan tersebut.

 

 

Tentu besar harapanku, agar kelak generasi setelahku bisa menikmati Kotagede seperti saat aku kemari hari ini. Walaupun Kotagede kini nggak lagi semarak oleh rumah-rumah Joglo yang telah luluh-lantah akibat Gempa Bumi DIY-Jateng tahun 2006 silam.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • CAHYO
    avatar komentator ke-0
    CAHYO #Rabu, 5 Ags 2015, 19:43 WIB
    Lagi browsing Kotagede.... hwe e e, ternyata sampeyan pernah pake d40x jg too? (hubunganyah samah tulisan inih hapah yah?)
    Kamera mungil nan cabe rawit sampe saiki ta gembol mrana mrini.
    Tambah ngiler pgn nang Kotagede :)
    Dulu pakai D40x punya temen Kang. Masih mending itu D40x daripada D40. Ke Kotagede itu yang bikin kangen es dawetnya :D
  • JAMIE SULLIVAN
    avatar komentator ke-1
    JAMIE SULLIVAN #Kamis, 24 Sep 2009, 12:40 WIB
    woi mas wis, sama2 yah, thx udah beliin camera, hehe..
    minal aidin wal faidzin wis..

    btw lensa nya ternyata ada distorsinya yah? wah syg yah hixhix..
    eh, yang beli kan lu? gw kan cuma bantu maketin aja :D

    Minal Aidzin wal Faidzin juga Dim. Itu lensa emang ada distorsinya, tapi wajar kok.
  • EM
    avatar komentator ke-2
    EM #Senin, 14 Sep 2009, 21:04 WIB
    Wis, sempet mampir ke coklat monggo ra? Ato nglewati? Penasaran...he5, tp lebih penasaran halalnya tu coklat :p
    Coklat Monggo halal toh? Ada sertifikat MUI-nya kan?
  • DE.DIAMOND92
    avatar komentator ke-3
    DE.DIAMOND92 #Rabu, 29 Jul 2009, 12:53 WIB
    ehmm warung sido semi thu yang deket makam matarm toh ?!
    wah, kurang tau saya, coba tanyakan sama mas Zam saja.
  • ZAM
    avatar komentator ke-4
    ZAM #Sabtu, 30 Mei 2009, 03:50 WIB
    untung aku udah sempet nulis tentang Masjid Perak!! aku jujur sangat menyayangkan mesjid tertua kedua setelah mesjid Kotagede dirobohkan..

    eh, udah nyoba es di Warung Sido Semi, belum, kang? nuansanya jadul banget!!

    beberapa postinganku soal kota gede ada di sini: http://jengjeng.matriphe.com/index.php/tag/kotagede
    Iya mas Zam, saya juga menyayangkan Masjid Perak diratakan dengan tanah. Saya nunggu juga lho tentang rencana dialog antara pemerhati budaya dengan takmir masjid. Saya sudah baca blognya mas Zam, tapi saya nggak sempet nyoba es di Warung Sido Semi dan nyari Langgar Dhuwur di Boharen.
  • EKA SITUMORANG - SIR
    avatar komentator ke-5
    EKA SITUMORANG - SIR #Kamis, 28 Mei 2009, 17:55 WIB
    Thank u untuk foto2nya.. :)
    lumayan pelepas rindu.. dulu saya tinggal 10 taun di kota gede
    SD di gedong kuning..
    skali lagi thank u :)
    Wah saya baru tahu kalau mbak pernah ngicipin tinggal di kota Gudeg. Terima kasih kembali, dukung juga pelestarian Kotagede ya mbak!
  • MAS STEIN
    avatar komentator ke-6
    MAS STEIN #Senin, 25 Mei 2009, 16:27 WIB
    Walah, ternyata Kotagede itu deket tho, saya seumur-umur belom pernah ke sana, padahal ke jogja sudah ndak keitung. Sejarahnya menarik juga mas.
    Saya juga baru dua kali kesana mas, dan ga pake acara nyasar, he3. Itu sejarah versi singkat. Versi panjangnya lumayan bagus, terutama tentang asal-mula Kesultanan Demak.
  • KONTES SEO ARISTIA WIDA RUKMI
    avatar komentator ke-7
    KONTES SEO ARISTIA WIDA RUKMI #Senin, 25 Mei 2009, 13:33 WIB
    wah, seru tempatnya mas, tpi yg lebih seru lagi liat cendolnya, nyam,,,nyam,,apalagi panas2 sperti ini,,segaaaar
    Rasanya manis Nyubi, trust me!
  • HIKARI
    avatar komentator ke-8
    HIKARI #Senin, 25 Mei 2009, 07:17 WIB
    Wah, rumahnya unik...Jadi pengin ngluyur ke sana...^-^

    Tapi tulisanmu kali ini agak \"ga adil\", wis. Kamu bilang di paragraf akhir kalo salah satu penyebab Kotagede kehilangan \"ruh\" adalah pengaruh Muhammadiyah. Padahal kalo aku baca blog yang membahas tt masjid perak itu, kayae Muhammadiyah punya banyak peninggalan bersejarah di Kotagede, antara lain ya masjid perak itu. Dan masalah robohnya masjid itu juga bukan 100 salah Muhammadiyah, tapi \"oknum\" takmir masjid sendiri.

    Bukannya aku orang Muhammadiyah atau apa, tapi masalahnya kamu \"nuduh\" tanpa njelasin lebih lanjut. Akan sangat membingungkan buat orang kaya aku yang belum pernah ke sana dan liat yang sebenarnya. ^-^v
    Silakan di-klik link tentang Masjid Perak itu buat penjelasan yang lebih lanjut Nur. :)

    Saya juga mengawali kalimat itu dengan kata Entah apakah itu disebabkan... yang berarti masih menutup kemungkinan hal yang sebutkan diatas untuk tidak terjadi. Karena toh saya tidak mengawali kalimat dengan Semua itu disebabkan oleh...