Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Selasa, 11 September 2012, 14:07 WIB

Setelah membaca artikel Pak Arbain Rambey yang dimuat di halaman 36 harian Kompas (11/9/2012), aku terinspirasi untuk menerbitkan tulisan ini. Kali ini aku akan menyinggung tentang shutter count.

 

Eh, nanti dulu...apa Pembaca tahu arti istilah itu? Shutter count?

 

Pengertian Shutter Count

Jadi gini nih, Pembaca semua tentu tahu piranti elektronik bernama kamera. Nah, saat kamera digunakan untuk merekam gambar, tentu sang tukang jepret menekan tombol rana yang kemudian diikuti oleh bunyi pret” atau “klik kan?

 

Shutter count adalah cacah (count) penanda berapa kali kamera pernah digunakan untuk merekam gambar (“dijepret”). Mudahnya, sudah berapa kali bunyi “pret” atau “klik” itu disuarakan oleh kamera. Sederhana toh?

 

Shutter Unit
Ini lho shutter unit yang kalau bekerja menyuarakan bunyi "pret" atau "klik".
Gambar dipinjam dari photoreview.com.au

 

Salah Kaprah

Sebenarnya, shutter count itu digunakan sebagai penanda usia pakai suatu kamera. Yang aku maksud dengan usia pakai itu adalah suatu ukuran untuk menjawab pertanyaan:

 

“Semenjak suatu kamera dibuat hingga detik ini, sudah digunakan untuk merekam gambar berapa kali?”

 

Seperti itu lho yang dimaksud. Sayangnya, shutter count lantas “disalah-artikan” sebagai umur dari kamera. Nah lho!

 

Usia Benda Elektronik

Pembaca mesti paham, kamera itu juga termasuk benda elektronik. Yakni masih “bersaudara” dengan kulkas, televisi, komputer, yang pembaca miliki dan pasti pernah terlihat di tempat reparasi (service center). Nah, kamera juga bisa mengalami hal serupa. Bisa rusak. Lha wong kamera kan buatan manusia, jauh dari sempurna. Manusia saja yang buatan Tuhan bisa rusak (baca: sakit) kok. Ya toh?

 

Termakan Promosi

Yang bikin “gara-gara” sebenarnya adalah promosi dari produsen kamera itu sendiri. Ketika dipromosikan bahwa:

 

“Kamera A telah teruji untuk bertahan sebanyak xxxxx shutter count

 

Lantas konsumen akan berpikir:

 

“kalau kamera A sudah melampaui xxxx shutter count, maka kamera A bakal rusak”

 

Wedalah!

 

Promosi Shutter Unit dan Shutter Count
Berbagai macam promosi tentang ketahanan shutter unit.

 

Mencari Ketenangan Semu

Alhasil, banyak konsumen yang cemas (mayoritas pengguna awam dengan kantong cekak sih ). Jangan-jangan kameranya nanti bakal bernasib sebagai pajangan di rumah. Sebabnya, kalau kameranya keseringan dipakai nanti takutnya rusak! Atau malah kameranya dipakainya jarang banget. Dalam sebulan hanya beberapa kali jepret, terus udah, dipajang lagi di dalam rumah. Doh!

 

...aku jadi paham, alasan kenapa foto nggak bagus, padahal orang itu sudah lama banget punya kamera...

 

Beberapa pengguna melakukan hal-hal di atas demi memperoleh “ketenangan” di hati, bahwa umur kamera yang dimiliki masih panjang. Diawet-awet lah, kan sayang kamera belinya mahal-mahal masak cepet rusak?

 

 

Walaupun sebenarnya yaaa... itu tadi. Semua itu hanya ketenangan semu. Sebab, toh pasti kamera memiliki nasibnya... untuk rusak. Benar kan pembaca? Ada yang mau menambahkan? Monggo.

 

Catatan: Artikel ini bakal ada lanjutannya. Sengaja aku pisah-pisah, takut kepanjangan kalau dijadikan satu artikel. Hehehe.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • BEJO
    avatar komentator ke-0
    BEJO #Kamis, 25 Okt 2012, 13:53 WIB
    berap bnyk shot?
    sekitar 10.000 an
  • ANNOSMILE
    avatar komentator ke-1
    ANNOSMILE #Rabu, 12 Sep 2012, 07:56 WIB
    hoo bikin fun wae..rusak ya diservis ato beli lagi hehe..daripada rusak karena ga
    kepake bro..
    bagi yang ndak punya dana untuk mereparasi kamera itu biasanya yang memilih untuk tidak pakai kamera bro
  • TRI SETYO WIJANARKO
    avatar komentator ke-2
    TRI SETYO WIJANARKO #Selasa, 11 Sep 2012, 23:04 WIB
    Kalo aku sih nggak mikirin shutter count mas, asal jepret2 ajaa.. Tiap kali traveling seenggaknya bisa dapet 3.000-4.000 foto. Ntah laah, ada aja yang dijepret.. Tangan gatel kalo liat moment2 tertentu.. Kalo mikirin shutter count bisa stress aku, wong sering juga travelingnya.. wkwkkwkw
    iyo Kang, yang penting kamera jangan diperlakukan ekstrim sehingga kemungkinan rusaknya tinggi, siap-siap aja sedia dana untuk reparasi, hehehe
  • YACOB-IVAN
    avatar komentator ke-3
    YACOB-IVAN #Selasa, 11 Sep 2012, 15:53 WIB
    Wah, shutter-count pertama kali denger waktu saudaraku liat-liat kamera.
    \"Mas, mau beli kamera. Yang ini berapa?\"
    ---\"Ini 5 juta.\"
    \"Kalau yang mas pegang itu saya hargai 3.5 juta boleh?\"
    ---\"Ini tipenya sama kok sama yang itu.\"
    \"Iya, tapi kan shutter-count nya udah jalan.\"

    Lagian dipakai atau enggak, kamera juga pasti akan rusak. Kalau nggak rusak, gak ada
    yang beli kamera lagi.
    Yang beli kamera nanti orang yang belum punya kamera, hahaha